Kamis, 14 September 2017

Syarifah Firdausi, Perempuan angguh yang Jadi Sopir Truk material di Jember

                      Saya Bersyukur, Anak-anak Tidak Malu Dengan Ibunya

KEJAR SETORAN: Sebagai ibu rumah tangga yang harus menghidupi delapan anak,
Syarifah Firdausi kerja keras sebagai sopir truk.
   Sopir truk material yang menuntut keterampilan dan resiko tinggi lebih banyak dikerjakan oleh kaum pria. Namun demi menghidupi 8 buah hatinya seorang diri, Syarifah Firdausi, tidak malu jika sehari-hari jadi sopir truk.
   "SILAKAN masuk kegubuk kami. Maaf seadanya saja ya," tutur Syarifah Firdausi, di rumahnya dikawasan Kaliurang, Jember.
   Pagi itu, dari rumah yang juga difungsikan sebagai garasi truknya, Syarifah sedang bersiap-siap menjalankan aktivitasnya, nyopir dump truck.
   Syarifah memang menjalani profesi yang tidak banyak ditekuni kaum perempuan. Sebagai supir truk material, dia biasa melayani jasa pengankutan pasir, batu fondasi, abu batu, genting, batu-batu, dan bambu. Dia juga melayani jasa boyongan pindah rumah.
   "Tergantung permintaan, yang pentingkan halal. Umik akan lakukan," tutur perempuan berdarah Arab yang sering dipanggil umik oleh lingkungan sekitarnya.
   Syarifah bisa dibilang wanita tangguh. Sebab, dia membeli sendiri truk angkutannya itu dengan dana pinjaman ke bank. Dia memberanikan diri mengajukan pinjaman pada 2014 sekitar Rp 200 juta untuk modal membeli dump truck



Jika Terpaksa, Tak Canggung Menginap di Pinggir Jalan
   "Saya ambil masa pinjaman dua tahun untuk modal bayar uang muka truk. Karena saya tidak ingin lama-lama berhutangnya," tutur perempuan kelahiran situbondo 13 Februari 1979 itu.
   Karena memiliki sendiri truknya, Umik Syarifah relatif 'merdeka' dalam mengatur jam kerjanya.     Meski demikian, dia benar-benar kerja keras untuk menjalankan profesinya, demi menghidupi delapan anaknya.
   Nyaris dia tidak pernah mengambil libur seperti pegawai pada umumnya. "Kapan saja pelanggan butuh jasa, saya selalu siap mengantar. Jadi tidak ada hari khusus untuk libur," ungkapnya.
   Rute terjauh yang pernah dia tempuh adalah ke Lumajang, Banyuwangi, ataupun Situbondo. Dalam sehari, jika hanya mengantar material di dalam Jember, bisa 10 kali bolak-balik. Sedangkan jika harus keluar kota, Umik Syarifah bisa dua sampai tiga kali pulang pergi.
   "Makanya kalau kejar setoran, kadang saya suka agak ngebut, mohon maaf. Tapi Alhamdulillahtidak pernah terjadi insiden, karena selalu taat aturan dan mengutamakan ketertiban dan etika berlalu lintas," ujar Umik Syarifah.
   Sesekali, jika terpaksa, dia harus menginap di pinggir jalan, di dalam truknya. Seperti ketika harus mengantar material aspal ke Benculuk, Banyuwangi beberapa waktu lalu, Syarifah harus bermalam sebab mesti menunggu hujan reda. Setiap harinya, dia hanya sejenak beristirahat di jalan ketika masuk waktu salat.
   Untuk menghindari sakit dan menjaga kebugaran, Syarifah selalu minum susu coklat setiap[ hari dan dan sesekali minum jamu. Dia menghindari minuman suplemen dan rokok.
   "Kalau siang saya jarang makan. Paling cuma ngemil dan minum 4 botol air mineral ukuran besar, jadi tetap kenyang," tutur perempuan yang lulus dari Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan tahun 1996 ini.
   Syarifah mulai belajar mengemudikan truk dengan bak besar pada 2008. Dia lantas mengemudikan truk itu selama 1,5 tahun, hingga kemudian vakum selama beberapa tahun.
   Lantas pada akhir 2014, dia kembali mengemudikan truk, karena suaminya kala itu telah menipu dirinya dalam usaha bersama jasa layanan truk.
   "Jadi bisa dibilang ketidak jujuran dan penghianatan, sehingga saya mulai memberanikan diri mengemudikan sendiri," tutur putri dari seorang mubalig terkemuka di Jember itu.
   Setelah mengambil alih sendiri operasional truk, kondisi keuangganya mulai membaik. Umik Syarifah mulai kembali lancar membayar angsuran pinjaman bank untuk membeli truk tersebut.
   Meski terlihat melelahkan, dia mengaku sangat menikmati perjaannya. Saat awal belajar mengemudikan truk pada 2008, Syarifah pernah mendapatkan pengalaman berkesan. Salah satunya ketika dia menabrak warung pisang milik tetangganya.
   Beruntung tidak ada korban jiwa dan dia berdamai dengan mengganti rugi kerusakan sebesar Rp 400 ribu. "Waktu itu saya mau putar balik, tapi bagian balakang truknya nyangkut kewarung dari bahan bambu hingga terseret beberapa meter. Itu kenanganyang tak terlupakan," tuturnya.
   Mendapatkan pengalaman berbahaya saat masih belajar menyetir, justru membuatnya ketagihan dan semangat mengemudikan truk hingga saat ini. Ada kepuasan tersendiri saat berada di jalan mengemudikan truk serta berinteraksi dengan teman-teman seprofesi.
   Dia juga tergabung dalam Jember Truck Lover, komunitas pengemudi truk di Jember dan sekitarnya. Dari sekitar 900 anggotanya, hanya dia seorang yang berasal dari kaum hawa.
   "Alhamdulillah teman-teman juga menghormati saya. Di sisi lainya juga harus pandai menjaga diri," ujar perempun yang pernah beberapa tahun tinggal dan berjualan makanan di Arab Saudi karena mengikuti suami.
   Dukungan dan motivasi juga dia dapat dari keluarganya. Umik bersyukur, tidak ada anak-anaknya yang memprotes pekerjaan ibunya. "Saya tanay ke anak-anak: Kamu malu punya ibu kerja sebagai supir truk? Alhandulillah, mereka semua mendukung. Teman-temannya juga tidak ada yang mengejek malah bangga karena saya kerja keras dengan halal," ucapnya.
   Sejauh ini, Umik Syarifah mengaku belum pernah mendapat hambatan ataupun pungli selama dijalan. Meski berusaha taat lalu lintas, sesekali dia juga pernah kena tilang polisi.
   "Kalau kena tilang, saya pilih jalur resmi, urus kepengadilan daripada "damai di jalan" kepada polisinya," ungkapnya.
   Dalam menjalankan usahanya, Umik terkadang membawa satu orang sebagai kernet, terutama jika harus mengantar barang ke luar kota. Kernet itu sebagai antisipasi jika dia harus ganti ban dalam perjalanan antarkota.
   "Tapi kalau dalam Jember saja, saya bisa minta bantuan teman-teman jika ada masalah ban atau lainnya. Karena teman-teman semua kompak," tutu perempuan yang suka memutar lagu-lagu dari Rita Sugiarto dan Rhoma Irama saat mengemudi itu.
   Tarif yang di kenakan untuk sekali pengankutan bervariasi, bergantung jarak dan jenis barang yang di bawa. Seperti untuk mengankut abu batu ke Kalibaru, Banyuwangi, dia mematok tarif sebesar Rp 600 ribu untuk sekali antar. Dari jumlah tersebut, dia bisa mengantongi keuntungan Rp 300 ribu setelah dipotong biaya membeli material. Jumlah tersebut adalah jumlah kotor karena masih harus dipotong ongkos BBM dan kernet. Selain itu masih harus membayar cicilan truk yang dia patok sebesar Rp 50 ribu setiap kali jalan.
   Karena cinta dengan dunia truk, Umik Syarifahmengaku akan tetap menekuni profesinya ini. Sebagai rencana masa depan, dia bercita-cita bisa memiliki beberapa armada truk dengan semua pengemudinya adalah perempuan. Sebagai bisnis jasa, Umik selalu mengutamakan kualitas pelayanan, keramahan, dan kepercayaan. Karena itu, dia akan selalu bersedia menerima segala keluhan dari pelanggannya. "Jadi saya justru kalau ada pelanggan yang ngasih masukan ke saya, monggo. Saya pikir itu yang membuat usaha saya tetap bertahan," ungkap penggemar Walikota Surabaya Tri Rismaharini itu.
   Meski bekerja di dunia yang keras, Umik tetaplah seorang perempuan seperti biasanya. Ekspresi feminitas dalam profesinya, diwujudkan dalam modifikasi tampilan truk miliknya. seperti kebanyakan pengemudi truk lain, Umik juga banyak memberikan kreasi tampilan bodi truk. Dia mengunakan warna dasar merah muda dan gambar-gambar cantik untuk menghias truk miliknya.          "Teman-temannya truk counter cantik. Tapi ini catnya masih belum selesai, masih akan saya kreasikan lagi, agar semakin indah," tutur Umik.
   Saat Jawa Pos Radar Jember mengikuti aktivitas kerja Umik Syarifah, dia cukup semangat menjalankan pekerjaanya. Seperti ketika sedang mengambil material di sebuah bukit yang ada di kawasn Jember bagian utara. Dia tampak tidak canggung berbaur dengan rekan-rekannya yang semuanya laki-laki.
   Bambang Herman Susanto, salah satu karyawan bagian operator tambang misalnya, menyebut rekannya itu sebagai perempuan tangguh. Dia juga tidak memandang remeh Umik, karena menilai apa yang dilakukan didasari niat yang baik untuk mencari rezeki yang halal.
   "Saya salut, dia mandiri dan tangguh. Tidak mau diremehkan. Mudah berbaur dengan yang lain serta kemauannya kuat, pungkas Bambang. (ad/ca1/hdi)

Sumber: Jawa Pos Radar Jember Rabu, 03 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar