Minggu, 17 September 2017

Batu Bonang, Batu Yang Jika Dipukul Suarannya Mirip Gamelan

Nada Yang Terkumpul Cukup Mengiringi Tembang Kebo Giro
MAIN MUSIK: Batu-batu itu tersusun seperti meja kursi. Jumlanhya ada sekitar enm set,
dan mampu mengeluarkan bunyi mirip gamelan.

    Di salah satu sudut Lereng Argopuro, tepatnya dikawasan Sukma Ilang, Dusun Sumbercandi, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk ada sebuah fenomena menarik. Sekumpulan batu alam, jika di tabuh suaranya mirip gamelan bonang. Karena itulah, batu iti disebut Batu Bonang.
    SABTU (11/5) lalu, suara mirip tembang gamelan itu terdengar sayup-sayup hingga radius tiga kilometer jauhnya. Sumber alunannya berasal dari ketinggian 800 mdpl (meter diatas permukaan laut)lereng pegunungan Argopuro, di Kawasan sukma Elang, Dusun Sumber Candik, Desa Panduman, Kecamatan Jebluk.
    Dari dekat, ternyata baru ketahuan jika sekelompok anak muda sedang bermain musik di kawasan pegununggan itu. Aneh memang. dan lebih aneh lagi, bahwa alunan mirip gamelan itu ternyata keluar dari bebatuan yang mereka pukul



Yang Sudah Ketemu Nada: 'Nang Ning NUng'
    Batu-batu itu tersusun seperti meja kursi. Jumlahnya ada sekitar enam set, yang tertata dari delapan bongkahan batu. Panjangnya beragam, mulai dari 40 cm hingga 80 cm permukaanya tampak kecoklatan. sebenarnya warna aslinya hitam. Namun lataran tertutup oleh lumpur kering, sehingga legam hitamnya tidak tampak.
    Windi Bana Alam, 21, koordinator musik dari UKM kesenian kolang kaling Fakultas Teknik Unej kepada Jawa Pos Radar Jember menuturkan, suara nada dari batu-batu itu mirip dengan bonang. Gamelan ini adalah salah satu komponen musik tradisional Jawa.
    Untuk menciptkan bunyi nyaring, batu bonang mestilah ditabuh dengan batu lain. Tidak bisa menggunakan penabuh logam atau kayu sebagaimana kebanyakan alat tabuh. Alasannya, alasannya batu itu akan rentan pecah jika di pukul dengan logam. Sementara jika memakai kayu, tidak cukup kuat untuk melahirkan bunyi.
    Bunyi yang di timbulkan berstruktur pada itu cukup nyaring. Dari dekat tampak memekak di telingga. Faktor lokasinnya yang terletak di atas ketinggian, disinyalir sebagai salah satu sebabnya. "Yang juga aneh, pada tiap-tiap batu bonang, sisi yang berbeda memunculkan nada yang berbeda pula," Katanya.
    Windi bersama sekitar 12 anggota UKM kolang-kaling hingga saat ini masih berusaha menemukan susunan nada yang komplit dari batu bonang tersebut. Sehingga, pada nantinnya bebatuan alam itu bisa menjadi satu set perangkat gamelan.
   "Ini yang sudah ketemu nada 'nang ning nung'. bagian yang bisa memunculkan bunyi 'gung' dan beberapa lainnya belum ketemu," ujarnya.
    Namun demikian, nada yang sekarang sudah terkumpul itu telah cukup mampu untuk memainkan satu tembang lagu. Tembang lagu yang ia maksud adalah Kebo Giro. "Ini kalau di buat mengiringi Kebo Giro sudah ckup," tambah anak muda yang akrab disapa Alam itu.
    Sebelumnya, dia dan anggota kelompoknya mendapatkan informasi ihwal batu bonang itu dari si empunya tanah, saat secara tidak sengaja bertemu di sebuah acara kampus. Tanah itu dimiliki oleh Hadi Purnomo, 38, warga Jalan Belimbing IV, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Partang. HGadi membeli tanah itu pada 2014 silam dari pemilik sebelumnya. (hdi)

Sumber: Jawa Pos Radar Jember Minggu, 21 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar