Minggu, 17 September 2017

Setali tiga uang. Artinya : Sama saja, tidak ada bedanya.

Sang Naga Bangun Lagi Setelah Bertahun-Tahun Tidur

GLADI BERSIH: Meski masih berusia belia, namun siswa-siswi SD Shinta Jember pintar
main Barongsai dan Liang-liong. Hari ini, mereka juga akan menampilkan atraksi pembuka dalam
Pentas Seni Siswa TK-SD Shinta.
    Sempat vakum selama puluhan tahun, TK-SD Shinta kembali membang
kitkan 'sang naga'. Kegiatan ekstrakurikuler Barongsai, Liang-Liong, dan Wushu kini kembali diaktifkan. Gongnya, siswa TK-SD Shinta ini akan menampilkan Barongsai di acara pentas seni siswa, Rabu, (24/5) pagi ini.
    SUASANA halaman belakang SD Shinta yang biasanya penuh dengan anak-anak, kini menampakkan sedikit tambahan. sejak memasuki area depan sekolah sudah terdengar musik tradisional yang biasa dignakan untuk mengiringio barongsai dan liang-liong.
Aneh ya, kenapa ada musik barongsai di sebuah SD?
    Ternyata tidak salah, memang anak-anak SD ang memainkan barongsai. Jika biasanya barongsai yang membutuhkan keterampilan serta kelincahan dan ketangkasan tinggi dimainkan oleh orang orang dewasa, namun disini tinggi badan para pemain ini hanya tak lebih dari 150 sentimeter.
    Meski bertubuh mungil, mereka sama sekali bukan halangan dalam menunjukkan kemampuan masing-masing dalam menghidupkan sosok naga Barongsai dan Liang-Liong.
    Di bawah sinar mentari terik, sekitar 20 siswa kelas 4-6 berlenggak-lenggok menggunakan kostum Barongsai



Kian Pede Setelah Didukung Alumni dan Wali Murid
    Empat naga warna-warni tampak menari di tengah halaman, dengan disaksikan siswa lain yang penasaran bagaimana nantinya tarian Barongsai yang disiapkan. Dengan diiringi musik tradisional  Barongsai, mereka bergerak lincah tanpa memedulikan panas matahari yang menerpa tubuh mereka.
    Kemudian, ganti sepuluh anak yang membawa naga dengan mengunakan tongkat. Inilah atraksi Liang-Liong, yang juga mengikuti geladi bersih pentas seni hari ini. Dua atraksi ini akan menjadi penampil pembuka pada pentas seni pelajar TK-SD Shinta mulai pagi ini.
    Jika menilik masa lalu, sejatinya barongsai dan liang-liong suidah dimiliki oleh SD Shinta sejak puluhan tahun lalu. Tepatnya semenjak beberapa tahun setelah TK-SD Shinta berdiri. sekitar 1980-an. Namun sang naga 'tertidur' seloama bertahun-tahun.
    Kepala TK Shinta Theresia Sulastri menuturkan, pihaknya sengaja membangkitkan kembali Barongsai dan Liang-Liong bersama dengan eksrakurikuler wushu yang juga sempat vakum. Bersama dengan kepala SD Shinta K.M. Daryanti, mereka menemui pengurus yayasan untuk mengupayakan pengaktifan seni Barongsai.
    Wanita yang baru enam bulan menjabat sebagai kepala TK Shinta sejak enam bulan lalu ini langsung bergerak cepat setelah dia ditahbiskan sebagai kepala sekolah. Tak hanya membangkitkan Barongsai, dirinya juga pro aktif  membawa para siswa untuk mengenal field-trip ke berbagai tempat.
    Perjuangan mereka tidak mudah. Ada saja pro dan kontrak yang mereka hadapi ketika bertemu dengan pengurus yayasan. "Ketua Yayasan Shinta, Albert Roberti bersama sebagian pengurus mendukung kita, tetapi ada juga pengurus yang tidak mendukung. Bahkan diremehkan karena biayanya sangat besar. Saat itu saya hampir menagis," kenang Sulastri.
    Dia pantas galau. Sebab, TK-SD Shinta sempat dikenal pada masa kejayaannya di era 1990-an, baik pada prestasi akademis maupun non akademis. Salah satunya Barongsai. "Dulu barongsai Shinta sering di tanggap di mana-mana," katanya. Tak hanya barongsai, tetapi Liang-Liong serta wushu.
    Namun, karena kondisi kepengurusan yayasan yang kurang kondusif, hampir seluruh ekstrakurikuler tak pernah terdengar gaungnya. Kostum naga barongsai pun hanya berada di lemari, di biarkan berdebu. Baru tahun 2017 ini kostum naga ini mulai kembali digunakan. "Kita laundry lagi, kita bersihkan, pokoknya siap digunakan lagi," ujar Sulastri.
    Tak kehabisan akal, dirinya bersama para guru mencari dukungan dari pihak lain. Gayung bersambut, dirinya mendapat banyak dukungan dari para alumni dan orang tua murid. Sambutan positif mereka terima dari berbagai pihak yang ingin TK-SD Shinta kembali ke masa kejayaannya, bahkan pihak yayasan pun perlahan memberikan dukungan penuh seperti sedia kala. "Puji Tuhan, Tuhan memberikan jalan," imbuhnya.
    Ini bukan kali pertama barongsai SD Shinta aktif setelah 'mati suri'. Karena sebelumnya, para siswa juga pernah diundang tampil di Gereja Santo Yusuf Jember, barongsai dari SMAK Santo Paulus.
    Sulastri sempat khawatir, sebab di penampilan perdana ini anak-anak sudah mendapat tantangan besar. "Mereka harus perform tiga kali, dan jalan dari gereja ke Jalan Diponegoro," kenagnya.
    Padahal, minggu berikutnya atau Rabu (24/5) hari ini, mereka harus tampil di acara pentas seni. Untuk menjaga kesehatan anak-anak, dirinya tak lupa mengingatkan supaya para siswa tetap menjaga kondisi tubuh. "Tapi mereka sangat semangat. Bahkan latihan terus setiap akhir pekan salama dua bulan," lanjutnya.
     Kegigihan para siswa membuat sulastri dan guru-guru lain, merasa terharu. Sulastri bahkan takbisa mengikuti   sesi latihan anak-anak hingga usai tiap kali datang. Sebab dirinya tak kuasa menahan air mata jika melihat anak-anak berlatih. "Nggak tahu sudah, nanti gimana kalau lihat anak-anak perform," selorohnya.
     Tak hanya dukungan dari alumni, dirinya juga sangat berterimakasih kepada para orang tua yang tak henti memberikan dukungan dalam berbagai bentuk. Walau baru enam bulan menjabat kembali di TK Shinta, dirinya langsung diterima oleh wali murid yang rata-rata baru mengenal sosoknya. "Tanpa dukungan orang tua, mungkin kepala saya seperti sudah meledak," imbuhnya.
     Hari ini, penampilan atraksi Barongsai dan Liang-Liong akan disajikan kepada ratusan tamu undagan yang hadir di TK-SD Shinta. Meskipun baru disiapkan sejak dua bulan lalu, Sulastri yakin anak-anak mampu memberikan perform terbaik. "meski tubuhnya kecil tapi mereka lincah loh," selorohnya. (kr/lin/c1/hdi)

Sumber: Jawa Pos Radar Jember Rabu, 24 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar