Setor" Sampah, Hasil Penjualan Diwujudkan Sembako
![]() |
| AJAK MASYARAKAT KUMPULKAN SAMPAH: Salah satu bentuk sosialisasi bank sampah yang dilakukan warga RT 06 RW 40 Perumahan Taman Gading, kemarin (7/5). |
JALAN utama Perumahan Taman Gading ditutup sebagian. Pasalnya, puluhan warga tengah menggelar kegiatan yang tengah dilangsungkan sejak pagi. Hampir seluruh warga memadati sekitar panggung yang didirikan di simpang jalan, Sebagian dari mereka juga terlihat menikmati kudapan dan sarapan yang memang disediakan secara swadaya oleh warga.
Biasanya, jika terdapat kegiatan seperti ini, sampah-sampah berserakan di sembarang tempat. Wajar saja tak semua orang memiliki ksadaran membuang sampah pada tempatnya. Namun, sejak awal panitia telah mewanti-wanti warganya untuk menyimpan sampah. Ya, bukan membuang, tetapi menyimpannya.
Penyimpanan ini bukan berarti dimasukkan ke dalam saku baju atau celana, tetapi 'ditabung' di bank sampah yang berada di satu titik di tengah-tengah jalan. Tak sedikit peserta kegiatan yang memasukkan sampah kering pada sebuah karung plastik. Sedangkan sampah basahnya pada tempat sampah yang berada tak jauh di dekat kantung tersebut.
Inilah yang menjadi inisiatif ibu-ibu PKK RT 06 RW 40 Perumahan Taman Gading
Simpanan Sembako Dibagikan Saat Bulan Puasa
Mereka sekaligus memperkenalkan Bank Sampah, dimana warga dapat menabng sampah mereka dan menukarnya dengan sembako. Lho, kok bisa?
Inisiatif tersebut berasal dari komunitas Bank Sampah Sahabat Ibu, yang digagas oleh ibu ketua Rt 06, Mira Christina Effyati, semenjak November lalu. Berawal dari khekawatirannya akan kondisi ekonomi yang kurang stabil ditambah kondisi lingkungan yang tidak asri, membuat dirinya tergerak untuk aktif menerima 'tabungan' sampah dari warganya.
"Awalnya melihat perekonomian saat ini, banyak sekali masyarakat yang susah. Mau belanja, harga-harga pada mahal. Belum lagi kondisi keuangan keluarga yang kadang tidak stabil. Dari situ saya terpikir, bagaimana caranya menambah income. Dan jawabannya adalah dari sampah ternyata bisa," papar wanita yang akrap disapa Evi ini.
Ide utamanya adalah mengajak warga, terutama ibu-ibu rumah tangga, untuk menyimpan sampah dirumah mereka. Sampah yang di maksud hanyalah sampah kering, seperti kertas bekas, bungkus mnyak goreng, botol sirup, botol dan gelas air mineral, sampai kardus. "Semua sampah kering itu sebenarnya bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis," ujar Evi.
Nantinya, dala, satu periode tertentu, sampah yang telah dikumpulkan akan diserahkan kepada pengurus Banh Sampah. Lalu, dijual kepengepul. Hasil yang peroleh dari penjualan tersebut disimpan dalam berbagai bentuk, dan dapat diambil jika ibi-ibu membutuhkannya.
Istimewanya, hasil ini tak melulu berupa uang, tetapi bisa berupa sembako. "Kita setornya ke pengepul kan dihitung dalam kloan. Kemudian setelah di hitung, didisrtibusikan berdasarkan berapa kilo ibu-ibu menyetornya. Nanti kita bagi lagi kemasyarakat jika mereka ingin mengambilnya," kata wanita berhijab tersebut.
Sesuai kesepakatan, biasanya hasil tabungan tersebut akan dibagikan pada bulan puasa. Tetapi, Evi tak melarang jika ada warga yang membutuhkan tabungan itu. "Misalnya ada warga yang butuh gula sekarang, bisa di ambil dari tabunggannya. Tidak hanya gula, tapi juga sembako lainnya seperti beras, minyak, dan lain-lain," lanjutnya.
Namun, perjuangannya mengajak warga menabung sampah tidak mudah. Ketika awal mula dia memaparkan program tersebut bersama dengan program koperasi sembako ke jajaran pengurus PKK RW, ide tersebut justru tidak diminati sama sekali. "Alasannya yang pertama wegah, kenapa harus ngumpulin sampah banyak-banyak. Mau diapakan sampah itu?" katanya.
Aalasan kedua adalah pengurus RW waktu itu kurang setuju sebab mereka kasihan pada pemulung yang juga sama-sama mengais rezeki dari barang bekas. Karena itu, ide bank sampah ditingkat RW ini terpaksa dia endapkan, dan baru disampaikan kembali pada anggota RT-nya.
Sebelum dipaparkan ke pengurus RT, di mana kebetulan Evi menjabat sebagai ibu ketua RT, dirinya mengadakan survei mengenai prospek ekonomis yang bisa dihasilkan dari bank sampah tersebut. Hasilnya ternyata cukup mengembirakan. "Berangkat dari sana, setelah semuanya sudah ada kepastian, baru saya paparkan kepengurus PKK RT. Ternyata, alhamdulillah di sini mereka antusias sekali, jadi saya semakin semangat buat bank sampah," ujar ibu dari dua anak tersebut.
Dari sinilah pihaknya kembali memaparkan konsep bank sampah ketingkat RW. Meski masih belum maksimal, namun Evi cukup puas karena sebagian warga di RW 40 sudah mulai ikut serta dalam program bank sampah tersebut. "Selanjutnya kita ingin launching ke seluruh warga perumahan," tegasnya.
Dirinya tidak heran dengan berbagai sikap kontrak yang muncul. Sebab konsep bank sampah memang terbilang masih baru khususnya pada ibu-ibu rumah tangga. Karena itu, bersama tujuh pengurus bank sampah yang lain, Evi terus menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya di RW 40. "Salah satunya ya melalui even-even seperti ini," pungkasnya. (c1/har)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Senin, 08 Mei 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar