![]() |
SUNDAY MARKET: Mulai guru besar, dosen, pegawai, mahasiswa, alumni, bahkan pensiunan boleh memamerkan produknya dalam Sunday Market yang di gelar tiap Minggu pagi di Unej. |
Dosen dan seluruh civitas akademika Unej tak hanya disibukkan dengan kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pngabdian masyarakat saja. Namun mereka kini mengikuti program kreanova (Kreasi dan Inovasi). Di sinilah mereka berlatih menjual produk hasil kreasi dan semua hasil penelitian.
TIDAK seperti biasanya, kawasan universitas Jember pada MInggu, akhir pekan kemarin cukup ramai. Jika biasanya kawasan tersebut banyak dipakai untuk berolahraga, namun pada hari itu terlihat banyak warga dan civitas akademika Unej berkumpul bersama.
Tampak tenda-tenda stand orang yang berjualan di pinggir-pinggir trotoar yang biasanya cukup bersih. Selain itu ada kegiatan senam pagi, bersama live musik yang di tampilkan oleh sejumlah unit kegiatan mahasiswa.
Ya inilah kegiatan Sunday Market, kegiatan yang digagas oleh sekelompok Kreanova (Kreasi Inovasi) Unej di bawah lembaga pendidikan Unej. Kreanova inilah yang menampung kegiatan ekonomi kreatif dari seluruh civitas akademika Unej.
Mulai dari guru besar, dosen, pegawai, mahasiswa, alumni, pensiunan dan juga binaan dari dosen dan lembaga Unej untuk di kenalkan kepada masyarakat dengan mengelar kegiatan Sunday Market ini.
Sehari Ada Yang Beromset Rp 12 Juta
"Kegiatan ini untuk memfasilitasi berbagai kreasi warga Unej. Tapi niat awalnya untuk merekatkan silaturahmi seluruh warga Unej," ucap Dr Soni Sisbudi Harsono, ketua Kreanova Unej.
Konsep kampus sebagai pusat ekonomi kreatif seperti ini sebenarnya sudah banyak berkembang di luar negeri. Misalnya di Australia ada Garage Sale Trail, atau Flow Market di Jerman, dan di sejumlah universitas di Indonesia eperti yang dilakukan di UGM Jogjakarta. Sehingga jika di Jember ada juga cukup wajar.
Niat awalnya berjualan bukan untuk mencari untung, melainkan mengenalkan produk ekonomi kreatif dan menjalin silaturahmi seluruh warga Unej. Benar saja, ketika Sunday Market ini semua pihak bisa melepas baju saat kuliah. Tidak di bedakan antara mahasiswa, dosen, guru besar, dan sebagainya. "Bahkan rektor juga ikut. Bukan berjualan tapi menjadi pembeli," jelasnya.
Sehingga dalam kegiatan ini, semua pihak bisa berkumpul bersama. Bukan hanya untuk warga Unej, melainkan seluruh masyarakat Jewmber. Unej ingin melepas citra sebagai manara gading dan bisa bermanfaat untuk masyarakat. "Awalnya dulu di lapangan depan gedung pasca sarjana. Kini diadakan di double way Unej setiap Minggu pagi," tuturnya.
Dirinya mengaku kegiatan ini bukan untuk menyaingi car free day di alun-alun yang sudah ada sebelumnya. Yang dijual pun buan layaknya seperti alun-alun. "Yang di jual 30 persen adalah hasil inovasi Unej dan juga kuliner unik," ucap Soni. Menariknya, semua yang di jual di stand-stand itu adalah hasil dari warga dan binaan Unej sendiri.
Memang secara sepintas sejumlah produk yang di jual membuat orang-orang yang datang bertanya-tanya. Misalnya seperti es krim sayuran hidroponik. Jadi es krim yang di padu dengan sayuran segar sehingga cukup segar jika dinikmati. Ada juga batik dengan inovasi desain yang cukup menarik dan berbeda dengan batik yang lainnya. "Batik ini hasil karya Unej kerjasama dengan lembaga Jakarta," jelasnya.
Selain itu, ada terasi payangan siap saji. Terasi ini tidak berbau dan dapat langsung disantap tanpa perlu diolah lagi. Ini merupakan terasi inovasi dari Unej. "Munculnya terasi ini karena kebingunggan sejumlah dosen yang hendak membuat sambal saat berada atau belajar di luar negeri," terangnya.
Pasalnya, selain sulit mencari terasi di luar negeri, juga sulit membawa terasi keluar negeri karena baunya yang menyengat. Namun dengan inovasi ini, warga Indonesia yang berad di luar negeri sudah tidak lagi kebinggungan saat hendak membuat sambal khas Indonesia.
Selain itu, banyak kreasi lainnya yang di jual di stand ini. Misalnya untuk kuliner ada pizza, nasi uduk, hamburger yang sangat berbeda dengan yang ada di pasaran lainnya. "Kalau sekarang sudah ada 60 stand," terangnya.
Padahal, awalnya hanya empat dosen yang jualan. Bahkan minggu berikutnya hanya enam penjual yang mau berjualan di stand gratis ini. "Awalnya malu-malu. Kan banyak juga yang bergelar doktor, masak jualan. Kalau sekarang malah ketagihan," ucap tersenyam.
Apalagi, memang hasilnya cukup menghiurkan. Karena dalam sekali berjualan, omsetnya cukup besar. Dalam sehari mulai pukul 06.00-11.00 ada hampir Rp 12 juta uang yang berputar di Sunday Market.
Bahkan, banyak juga yang mengembangkan produnya di jual dengan sistem online dan deliveri order. "Minimal dengan semakin banyak dosen dan PNS ber-entrepeneur seperti ini, menghilangkan kecurigaan PNS atau dosen tidak boleh kaya," ucapnya.
Karena memang didapatkan dengan cara yang halal. Dan ini membuktikan ternyata banyak civitas akademika Unej yang memiliki bakat berjualan.
Dirinya mengatakan, ke depan kegiatan ini akan di buka untuk umum. Namun tidak ingin disamakan dengan CFD dan akan lebih memilih dan memilah produk yang dijual. Pihaknya tidak ingin seperti di UGM Jogjakarta yang kemudian malah banyak di kuasai oleh pihak luar. "Karena tujuannya untuk merekatkan silaturahmi," pungkasnya. (ram/c1/hdi)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Kamis, 04 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar