Minggu, 17 September 2017

Demi Klub Kebanggaan, Mantan Kapten Persid Jualan Tiket

Rela Door to Door agar Stadion Ramai

    Rasa cinta Jaya Hartono pada mantan klubnya ini ditunjukkan dengan cara yang beda. Sadar sudah tak mampu memberikan kontribusi bermain di lapangan, mantan kapten Persid ini bermain di luar lapangan. Dia aktif di kepanitiaan. Dan posisinya adalah salah satu ujung tombak; marketing penjualan tiket.
    "RAMAINYA sepak bola, karena didukung oleh ribuan penonton militan. Inilah tekad saya, agar Persid kembali mendapat simpati di hati pengemar bola. Saya pun rela turun untuk jualan tiket, agar penonton banyak," jelas Jaya Hartono kemarin.
MARKETING TIKET: Jaya Hartono, mantan kapten
Persid era 2002-2013 menunjukkan tiket VVIP pertandingan
Persid Jember yang dijualnya ke sejumlah tokoh Jember.
    Upaya keras Jaya Hartono dan kawan-kawan panitia pelaksanaan memang membuahkan hasil mujarab. Pelan namun pasti, euforia ke Persid kembali muncul. Tidak hanya saat bertanding, saat latihan saja, ribuan penonton -apalagi Berni- selalu memadati stadion JSG. Apalagi ketika pertandingan resmi. Dan, puncaknya adalah laga antara Persid melawan Probolinggo United, sore kemarin. Pada laga pamungkas Liga 3 sebelum rehat lebaran ini, Stadion JSG sangat ramai untuk menyaksikan Persid bermain. Jaya Hartono ikut puas. Baginya, ini sukses panitia bersama dan sukses Persid. "Ini awal yang bagus," jelasnya.
    Bagi Jaya Hartono, Persid Jember memang bukan sekedar klub biasa. Dari klup yang dulu bermarkas di stadion Notohadinegoro Kreongan Jember inilah, dia dibesarkan dan di kenal di persepak bolaan nasional

Setali tiga uang. Artinya : Sama saja, tidak ada bedanya.

Sang Naga Bangun Lagi Setelah Bertahun-Tahun Tidur

GLADI BERSIH: Meski masih berusia belia, namun siswa-siswi SD Shinta Jember pintar
main Barongsai dan Liang-liong. Hari ini, mereka juga akan menampilkan atraksi pembuka dalam
Pentas Seni Siswa TK-SD Shinta.
    Sempat vakum selama puluhan tahun, TK-SD Shinta kembali membang
kitkan 'sang naga'. Kegiatan ekstrakurikuler Barongsai, Liang-Liong, dan Wushu kini kembali diaktifkan. Gongnya, siswa TK-SD Shinta ini akan menampilkan Barongsai di acara pentas seni siswa, Rabu, (24/5) pagi ini.
    SUASANA halaman belakang SD Shinta yang biasanya penuh dengan anak-anak, kini menampakkan sedikit tambahan. sejak memasuki area depan sekolah sudah terdengar musik tradisional yang biasa dignakan untuk mengiringio barongsai dan liang-liong.
Aneh ya, kenapa ada musik barongsai di sebuah SD?
    Ternyata tidak salah, memang anak-anak SD ang memainkan barongsai. Jika biasanya barongsai yang membutuhkan keterampilan serta kelincahan dan ketangkasan tinggi dimainkan oleh orang orang dewasa, namun disini tinggi badan para pemain ini hanya tak lebih dari 150 sentimeter.
    Meski bertubuh mungil, mereka sama sekali bukan halangan dalam menunjukkan kemampuan masing-masing dalam menghidupkan sosok naga Barongsai dan Liang-Liong.
    Di bawah sinar mentari terik, sekitar 20 siswa kelas 4-6 berlenggak-lenggok menggunakan kostum Barongsai

Turnamen Basket 3 on 3 Berhadiah Kambing di Alun-Alun

Hadiah Hewan Ini Merupakan Simbol Kekeluargaan Saja
HADIAH UNIK: Iptu Soegijanto (dua dari kiri), penggagas even basket 3 on 3, menyerahkan
seekor kambing pada tim Gasebo, di Alun-alun Jember.

    Mungkin ini pertama kalinya di Jember. Sebuah even olahraga bertajuk Kompetisi Basket 3 on 3 di alun-alun Jember, salahsatu hadiahnya adalah seekor kambing. Ada filosofi kebersamaan di balik hadiah tersebut.
    MINGGU malam (22/05), kemeriahan terlihat di satu sudut lapangan basket yang ada di alun-alun kota Jember. Perhatian tertuju ke enam pebasket -terdiri dari dua tim- yang memainkan basket setengah lapangan.
    Sorak-sorai penonton diiringi musik bernada beat kian menghangatkan suasana malam itu. Di pinggir lapangan, tertambat seekor kambing dengan usia matang, yang diikat kesebuah pohon.
    Kambing inilah yang menjadi salah satu hadiah yang "diperebutkan" dalam enen bertajuk Turnamen Basketball Kapolres Cup 2017 itu. "Pada dasarnya kami menginginkan prestasi olahraga khususnya basket di Jember bisa meningkat. dan hadiah kambing ini agar menarik antusiasme asyarakat," ujae Soegijanto, salah satu penggagas acara tersebut.
    Tidak butuh waktu lama bagi dirinya dan Perbasi (Persatuan Basket seluruh Indonesia) Jember untuk mempersiapkan acara tersebut. Soegijanto menuturkan, saat mengutarakan idenya tersebut kepada  Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo, rencana kompetisi basket berhadiah kambing tersebut lansung disambut positif

Asiatul Mardiyah, Tunametra yang menjadiPeserta Ujian Sekolah SD

Belum Lancar Baca Braille Panjang, Dibimbing Oleh Pengawas
SATU-SATUNYA PESERTA TUNANETRA: Asiatul Mardiyah satu-satunya tunanetra yang
menjadi peserta ujian sekolah (US) di SDLB Bintoro.

    Asiyatul Mardiyah menjadi satu-satunya peserta US yang menyandanf tunametra. Meski harus dibantu oleh pengawas, Semangatnya tidak bisa dipandang remeh. Tubuh kecilnya takbisa menahan cita-cita besar: menjadi guru.
    PENDIDIKAN berhak untuk diterima oleh segala kalangan. Tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Tidak hanya bagi mereka yang memiliki anggota tubuh lengkap, tetapi juga mereka yang menyandang keterbatasan fisik. Tak hanya mereka ynag memiliki kondisi finansial berlebih, namun hal yang sama juga berhak didapat oleh kaum papa.
    Walaupun didera keterbatasan, tak sedikit para penyandang disabilitas yang memiliki semangat belajar tinggi. Ini terlihat pada seluruh siswa Sekolah Inklus atau Sekolah Luar Biasa (SLB) Bintoro, Patrang. Sewbagian besar siswanya merupakan penyandang berbagai jenis ketunaan, dan berasal dari berbagai kalangan.
    Salah satu siswanya tampak sedang berada di sebuah ruangan. Hanya ada tiga orang diruang tersebut. Seorang saja yang mengenakan seragan putih merah diruangan itu. Dia adalah Asiatul Mardiyah, sswa kelas 6SDLB Bintoro, Patrang. Asiah, panggilan akrabnya, juga merupakan satu-satnya peserta US di sekolah tersebut.
    Dengan didampingi dua orang guru  disamping kiri dan kanannya, matanya terbuka, namun memandang lurus tanpa ekspresi. sementara, tangannya bergerak lincah meraba lembaran kertas yang sekilas tampak kosong, Namun sebenarnya terdapat titik menonjol yang menampakkan huruf Braille. sesekali tangannya meraih Stirus dan membuat pola pada kertas lain yang menjadi lembar jawabannya

Batu Bonang, Batu Yang Jika Dipukul Suarannya Mirip Gamelan

Nada Yang Terkumpul Cukup Mengiringi Tembang Kebo Giro
MAIN MUSIK: Batu-batu itu tersusun seperti meja kursi. Jumlanhya ada sekitar enm set,
dan mampu mengeluarkan bunyi mirip gamelan.

    Di salah satu sudut Lereng Argopuro, tepatnya dikawasan Sukma Ilang, Dusun Sumbercandi, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk ada sebuah fenomena menarik. Sekumpulan batu alam, jika di tabuh suaranya mirip gamelan bonang. Karena itulah, batu iti disebut Batu Bonang.
    SABTU (11/5) lalu, suara mirip tembang gamelan itu terdengar sayup-sayup hingga radius tiga kilometer jauhnya. Sumber alunannya berasal dari ketinggian 800 mdpl (meter diatas permukaan laut)lereng pegunungan Argopuro, di Kawasan sukma Elang, Dusun Sumber Candik, Desa Panduman, Kecamatan Jebluk.
    Dari dekat, ternyata baru ketahuan jika sekelompok anak muda sedang bermain musik di kawasan pegununggan itu. Aneh memang. dan lebih aneh lagi, bahwa alunan mirip gamelan itu ternyata keluar dari bebatuan yang mereka pukul

Letkol (Inf) Rudianto, Dandim 0824 Jember yang 'Gila' Bersepeda

Semakin Semangat jika Gowes Bareng Istri dan Anaknya

    Menjadi seorang Dandim di daerah sedinamis Jember memang super sibuk. Namun
sesibuk apapun, rupanya harus tetap untuntuk keluarga tercinta. Seperti yang dilakukan Letkol (Inf) Rudianto. Seperti apa?
SELALU KOMPAK: Komandan Kodim 0824 Jember ini biasa
mengajak seluruh keluarga, termasuk balita, untuk bersepeda
keliling kota.
SEPEDANYA bukan yang biasa. Lebih panjang, karena itu yang dipilihnya adalah sepeda gandeng. sengaja memilih sepeda gandeng, supaya bisa membonceng istri dan anaknya. kemudian, keliling kota Jember  untuk olahraga bersama.
    Namun, yang menonjol dari boncengan yang sepeda gandeng sekeluarga itu, pria yang menyetir sepedanya itu sendiri. Selain menggayuh dan mengendalikan arah kemudi sepeda, pria itu paling berat kebagian beban. Karena di punggungnya, masih mengendong bocah balita yang masih berumur setahun. meski demikian, dia tetap ceria dan begitu kompak.
    Mereka adalah keluarga Komandan Kodim 0824 Jember Letkol (Inf) Rudianto. Bersama istri dan ketiga anaknya, perwira TNI berumur 41 tahun itu, rajin mengajak keluarganya bareng-bareng berolahraga di waktu senggangnya. "Saya tidak ingin sehat sendirian. Anak saya yang bayi ini juga perlu sehat," tuturnya.
    Sang istri Nia Lukita Anggraeni, menjadi suporter mengampanyekan hidup sehat keluarga tentara tersebut

Wayang kontemporer, Dekatkan Seni ke Anak Muda

Latar Animasi, Dalang Sebagai Pemandu Acara
ATRAKTIF: Penampilan wayang kontemporer oleh para pecinta
seni budaya di Jember, membuat sejumlah anak muda tertarik
mempelajari seni budaya.

    Pergelaran wayang kulit tradisional sudah jarang diminati oleh generasi muda. Apalagi jika pergelaran rata-rata berlangsung selama semalam suntuk, yang sudah sulit diikuti oleh kalangan muda. Karena itulah, penggiat kontemporer untuk menarik perhatian anak muda.
    SEJUMLAH anak muda tampak datang berbondong-bondong menuju kesaah satu lokasi tempat nongrong di daerah Baratan Partang,beberapa waktu lalu. Sebagian besar pengunjung yang rata-rata anak muda ini tampak memadati panggung yang ada di lantai 1 bangunan utama.
    Mereka tampak antusias untuk megikuti pertunjukan yang sedang digelar di tempat tersebut. Namun sdaat tim Jawa Pos Radar Jember datang, ternyata yang ditampilkan bukan band, pentas seni dan sebagainya. malah yang ditampilkan dalam gelaran ini adalah wayang kulit.
    Di sini, wayang kulit itu menceritakan tentang hikayat Rama dan Sinta. Sayup-sayup terdengar suara bagaimana sang dalang Ki Suwito Sudrunmengantarkan cerita wayang tersebut. Makin lambat makin terdengar jelas bagaimana suara sang dalan ini.

Jumat, 15 September 2017

Edy-Shinta, Pasutri Penderita Tunarungu yang Geluti Seni Lukis

Ibu Mertua Luluh Setelah 'Disogok' Lukisan

     Edy Sugianto dan Shinta Larasati merupakan pasangan suami istri tunarungu. keduanya mengeluti seni lukis sejak kecil. Beberapa penghargaan mereka raih, bahkan lukisan karyanya banyak di pamerkan di berbagai even.
KELUARGA PELUKIS: Edy bersama
istri dan anak-anaknya yang sama-sama
gemar meekuni seni lukis.
    SIANG itu, Edy tampak semangat memamerkan karyanya dalam Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) di Rumah Budaya Pandhalungan, Ajung-Jember. Beberapa lukisan realis sudah dia siapkan, sejak sebulan lalu. Salah satunya adalah lukisan sejumlah perempuan yang sedang jual buah-buahan di pasar. Ada juga lukisan seorang anak yang sedang menendang bola dengan penuh ekspresi.
    Lukisan itu merupakan karya Edy untuk menyemarakkan kegiatan PSLI selama lima hari kedepan ini. "Saya membuat lukisan ini selama 15 hari, karena ukurannya cukup besar," katanya pada Jawa Pos Radar Jember.
    Pria yang akrab disapa Edot tersebut tak sendiri, tapi bersama Shinta Larasati, istrinya, yang juga seorang tunarungu. Mereka dipertemukan dalam sebuah kegiatan komunitas Tunarungu se eks  Karesidenan Besuki Raya, lalu saling jatuh cinta. "Mertua sempat tak yakin, karena dulu saya berambut gondrong," akunya, sambil tertawa.
    Namun, bukan seorang pelukis kalau kehabisan ide. Edy lantas melukiskan wajah calon mertuanya. Selain itu dia memotong rambut gondrongnya, agar bisa mendapatkan Shinta, sang buah hati. Akhirnya, pinang itu diterima dan menikah.
    Edy mengisahkan perjalanannya meneuni dunia lukis. Meskipun terlahir sebagai seorang tunarungu,

Di Pelosok Desa, Kiai Syarifuddin Setia Merawat Penderita Gangguan Jiwa

Dengan Bismillah... Semua Penyakit Bisa Disembuhkan

SEDERHANA: Beginilah suasana Ponpes Nurul Islamiyah, yang santrinya notabene penderita
gangguan jiwa. Inset: KH Syarifuddin.
   Kerapkali penderita gangguan jiwa ditelantarkan di tempat umum atau rumah sakit jiwa. Dengan kesederhanaannya, seorang kiai desa setia merawat para pasien ganguan jiwa dari rumahnya, di Desa Seputih, Kecamatan Mayang.
   SEORANG gadis hanya termangu di selaras musala. Ia tak sendiri. Beberapa rekannya dengan penampilan yang kurang lebih sama, juga duduk santai di sekitar musala kecil tersebut.
   Musala itu satu kompleks dengan balik-balik kamar pesantren dengan sederhana tersebut. Ketika Jawa Pos Radar Jember mencoba mendekati dan berbincang dengannya, tampak ia sedikit ragu dan enggan menjawab.

Buhori, Pelukis yang Sukses Mengantarkan Anak-Anak Berprestasi

Awalnya Privat dari Rumah ke Rumah, Sekarang Bikin Sanggar Sederhana

  Dunia mengambar bagi anak selalu menjadi kegiatan yang menarik. Mereka bisa 'melepaskan' imajinasinya dalam selembar kertas. Buhori mencoba menggali potensi menggambar anak-anak, melalui sanggar yang didirikannya.
DIDIK PELUKIS BARU: Tiga kalli seminggu, Bori mengajar anak-anak
di rumahnya di Bumi Tegalbesar. Kadang anak-anak diajak ke alam untuk
menggambar langsung objek yang dilihat.
   SAAT mengajar, Bori, sapaan akrab Buhori meminta anak didiknya di Sanggar Mentari untuk mrnggambar manusia dan mengambil air. Kemudian, anak-anak tersebut menggambar sesuai dengan imajinasinya masing-masing. Setelah selesai, lukisan itu di kumpulkan.
   "Setiap anak memiliki imajinasi berbeda dan sering selalu di luar pemikiran orang dewasa," jelasnya, kemarin.
    Clarissa Najwa Zulvania -salah satu anak didiknya- mengambar orang yang mengambil air yang menetes dari daun. Lalu, gambar itu dikirimkan dalam painting Contest 2015 di Jepang. "Tak menyangka, ternyata meraih juara," katanya di temui di rumahnya, di Perumahan Bumi Tegal Besar Blok BC-48.
   Tak hanya Clarissa yang meraih juara, beberapa anak didiknya juga meraih juara tingkat internasional. Mulai dari Hongaria, Jepang, China, Serbia dan Cheko. "Awal mengirim karya lukis anak-anak untuk lomba tahun 2006 lalu," akunya

Ridwan Suroyo, Salah Satu Pentolan Berni-Bernina Jember

                 Jatuh Cinta Ke Tim Persid Ketika Menyaksikan Final di Solo

SELALU RAME: Suporter Persid selalu hadir di pinggir lapangan. Apalagi pas launching Persid
di Stadion Utama JSG, Ajung, Jumat (05/05) lalu. Ridwan Suroyo (foto kiri) adalah salah satu
dirijen suporter tersebut.

Jelang Laga Perdana Persid Jember di Liga 3, Ridwan Suroyo ikut sibuk. sebagai ketua harian Berni-     Bernia Sebutan untuk suporter setia Persid Jember, ia ketiban sampur untuk ikut membantu panitia pelaksana mengurusi perizinan lokasi karena Persid pada Rabu (10/05) menadi tuan rumah menjamu     Persewangi Banyuwangi. Dia rela mengorbankan hari libur kerjanya demi laga tim yang sangat dia cintai beberapa tahun akhir.
   "MARI kita sambil minum es di depan," ajak Ridwan Suroyo dengan ramah kepada Jawa Pos Radar Jember yang menemuinya di salah satu bengkel motor di kawasan Wirolegi, Sumbersari

Ketika Ibu-Ibu PKK Kumpulkan Sampah Untuk 'Disetor' Ke Bank

Setor" Sampah, Hasil Penjualan Diwujudkan Sembako

AJAK MASYARAKAT KUMPULKAN SAMPAH:
Salah satu bentuk sosialisasi bank sampah yang dilakukan
warga RT 06 RW 40 Perumahan Taman Gading,
kemarin (7/5).
   Tak hanya uang yang bisa ditabung di bank. Sampah juga bisa. Inilah yang menjadi gagasan ibu-ibu rumah tangga di RW 40 Perumahan Taman Gading. Melalui Bank Sampah, mereka mengajak masyarakat untuk bisa menjaga lingkungan sekaligus menabyng untuk membantu perekonomian keluarga.
   JALAN utama Perumahan Taman Gading ditutup sebagian. Pasalnya, puluhan warga tengah menggelar kegiatan yang tengah dilangsungkan sejak pagi. Hampir seluruh warga memadati sekitar panggung yang didirikan di simpang jalan, Sebagian dari mereka juga terlihat menikmati kudapan dan sarapan yang memang disediakan secara swadaya oleh warga.
   Biasanya, jika terdapat kegiatan seperti ini, sampah-sampah berserakan di sembarang tempat. Wajar saja tak semua orang memiliki ksadaran membuang sampah pada tempatnya. Namun, sejak awal panitia telah mewanti-wanti warganya untuk menyimpan sampah. Ya, bukan membuang, tetapi menyimpannya.
   Penyimpanan ini bukan berarti dimasukkan ke dalam saku baju atau celana, tetapi 'ditabung' di bank sampah yang berada di satu titik di tengah-tengah jalan. Tak sedikit peserta kegiatan yang memasukkan sampah kering pada sebuah karung plastik. Sedangkan sampah basahnya pada tempat sampah yang berada tak jauh di dekat kantung tersebut.
Inilah yang menjadi inisiatif ibu-ibu PKK RT 06 RW 40 Perumahan Taman Gading

Situs Congapan, Potret Kehidupan Jember di Masa Kuno

 Diyakini Areal Sekitar Prasasti Tempat Studi Ilmu Agama

   Situs burbakala, mulai dari era Pra-sejarah, Klasik sampai kolonial banyak ditemui di kabupaten Jember. Salah satunya Prasasti Congapan. Dari salah satu peninggalan tulis tertua ini diyakini, wilayah Jember sudah ada kehidupan manusia dua abad sebelum lahirnya kerajaan Majapahit.
BUKTI SEJARAH: Situs di Dusun
Congapan, Desa Karangbayat, Kecamatan
Sumberbaru ini berupa prasasti yang diprediksi
berangka tahun 1088 M atau 1010 Saka.
   WUJUD fisik Prasasti Cngapan ini berupa batu andesit berukuran panjang 200 cm dan lebar 145 cm.  Membujur dari utara ke selatan dengan dua buah ceruk di salah satu sisi atasnya.
Selain itu, terdapan pahatan kalimat berbunyi Sarwwa Hana dan Tlah Sanak Panggilanku. Rangkaian kalimat inilah yang lantas mengidentifikasi kapan prasasti tersebut dibangun.
   Untuk mencapai lokasi prasasti itu, harus dilakukan dengan jalan setapak melintas pematang sawah warga di Dusun Congapan, Desa karangbayat, Kecamatan Sumberbaru. Jaraknya sekitar 50 kilometer dari pusat kota Jember.
   Tidak sedikit juga warga sekitar yang mayoritas etnis Madura, menyebut bagunan yang berwujud bongkahan batu adesit itu sebagai Batu Palempekan. Palempekan semdiri dalam bahasa madura artinya tempat yang diisi minyak untuk penerang

Siti Fatimah, Perempuan di Balik Kesuksesan Cilok Edi

Padahal Dulu Sehari Bisa Dapat Rp 10 Juta

BERTAHA DITENGAH PERSAIGAN:
Siti Fatimah (kiri) ketika berada dirumah
produksi cilok Edi, bersama karyawannya.
    Siapa yang tidak kenal dengan Cilok Edi. J
atuh bangun merintis makanan ini pernah mereka lalui. Semua itu tidak lepas dari Siti Aminah, istrinya. Bahkan ketika berhenti produksi karena hasil tidak seimbang, sang istri justru mengajak bangkit lagi.
    CILOK Edi, begitulah nama bisns yang ditekuni oleh SAiti Fatimah dan Harsono, warga kelurahan  Tegalgede. BIsnis makanan yang sudah familiar di daerah perkotaan ini hanya bermodal Rp 150 ribu. Namun dari hasil tersebut, pasangan itu sekarang menjelma jadi orang kaya baru.
    Betapa tidak, hasi jerit payahnya dari berjualan cilok itu, sekarang di investasikan pada bisnis lain.  Seperti 15 rumah kontrakan, 2 hektare sawah, 2 apartemen, dan rumah kos. "Dulu sempat berhenti karena, karena hasilnya tidak sasuai," kata Fatimah ketika di temui di tempat produksi cilok Edi.
    Pencapaian itu bukan berarti tanpa tantangan, sebab ujian sering kali datang. Seperti pegawai yang tidak jujur. Awalnya hanya berdua dengan sang suami, namun sekarang sudah memiliki 20 karyawan yang beketja padanya.
    Siti Fatimah mengingat kembali masa lalu saat berjuang menjual cilok bersama suaminya, tahun 1997.

Kamis, 14 September 2017

Henri Fatkurrohman SS MHum, Humas HTI Jember yamg Gila Dakwah

                        Tak Ambil Pusing meski Jadi Sorotan Banyak Pihak

TERUS BERDAKWAH: Dalam kondisi apapun,
Ustaz Henri ingin selalu berdakwah sesuai keyakinannya.
Jadi sorotan berbagai pihak tidak menyurutkan Ustaz Henri Fatkurrochman SS MHum, aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jember untuk terus berdakwah. Meski demikian, dia dan keluarga tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang bakal menimpa diri dan keluarganya, manakala ada kebijakan pemerintah yang kurang menguntungkan bagi organisasinya.
   DITEMUI usai mengajar di Universitas Muhammadiyah Jember, kamis kemarin, Ustaz Henri, panggilan akrabnya, tampak tenang dan ramah menyambut wartawan Jawa Pos Radar Jember.
   Dia mengaku, kesibukannya berprofesi sebagai dosen lumayan padat. Belum lagi harus memenuhi undangan berbagai pihak untuk berceramah. "Sejak remaja saya memang senang kegiatan dakwah," ujarnya.
Kegemarannya berdakwah diakui Henri terlatih sejak remaja. sebab, ayahnya (H Buchori Achmad) adalah tokoh yang gemar berdakwah, Khususnya melalui pencak silat Tapak Suci

Kreanova, Ajang Pamer Kreativitas Civitas Akadenika Unej

                                   Awalnya Malu-Malu Jualan, sekarang Malah Ketagihan
SUNDAY MARKET: Mulai guru besar, dosen, pegawai, mahasiswa, alumni,
bahkan pensiunan boleh memamerkan produknya dalam Sunday Market yang di gelar tiap Minggu pagi di Unej.

   Dosen dan seluruh civitas akademika Unej tak hanya disibukkan dengan kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pngabdian masyarakat saja. Namun mereka kini mengikuti program kreanova (Kreasi dan Inovasi). Di sinilah mereka berlatih menjual produk hasil kreasi dan semua hasil penelitian.

   TIDAK seperti biasanya, kawasan universitas Jember pada MInggu, akhir pekan kemarin cukup ramai. Jika biasanya kawasan tersebut banyak dipakai untuk berolahraga, namun pada hari itu terlihat banyak warga dan civitas akademika Unej berkumpul bersama.
   Tampak tenda-tenda stand orang yang berjualan di pinggir-pinggir trotoar yang biasanya cukup bersih. Selain itu ada kegiatan senam pagi, bersama live musik yang di tampilkan oleh sejumlah unit kegiatan mahasiswa.
   Ya inilah kegiatan Sunday Market, kegiatan yang digagas oleh sekelompok Kreanova (Kreasi Inovasi) Unej di bawah lembaga pendidikan Unej. Kreanova inilah yang menampung kegiatan ekonomi kreatif dari seluruh civitas akademika Unej.
    Mulai dari guru besar, dosen, pegawai, mahasiswa, alumni, pensiunan dan juga binaan dari dosen dan lembaga Unej untuk di kenalkan kepada masyarakat dengan mengelar kegiatan Sunday Market ini.

Syarifah Firdausi, Perempuan angguh yang Jadi Sopir Truk material di Jember

                      Saya Bersyukur, Anak-anak Tidak Malu Dengan Ibunya

KEJAR SETORAN: Sebagai ibu rumah tangga yang harus menghidupi delapan anak,
Syarifah Firdausi kerja keras sebagai sopir truk.
   Sopir truk material yang menuntut keterampilan dan resiko tinggi lebih banyak dikerjakan oleh kaum pria. Namun demi menghidupi 8 buah hatinya seorang diri, Syarifah Firdausi, tidak malu jika sehari-hari jadi sopir truk.
   "SILAKAN masuk kegubuk kami. Maaf seadanya saja ya," tutur Syarifah Firdausi, di rumahnya dikawasan Kaliurang, Jember.
   Pagi itu, dari rumah yang juga difungsikan sebagai garasi truknya, Syarifah sedang bersiap-siap menjalankan aktivitasnya, nyopir dump truck.
   Syarifah memang menjalani profesi yang tidak banyak ditekuni kaum perempuan. Sebagai supir truk material, dia biasa melayani jasa pengankutan pasir, batu fondasi, abu batu, genting, batu-batu, dan bambu. Dia juga melayani jasa boyongan pindah rumah.
   "Tergantung permintaan, yang pentingkan halal. Umik akan lakukan," tutur perempuan berdarah Arab yang sering dipanggil umik oleh lingkungan sekitarnya.
   Syarifah bisa dibilang wanita tangguh. Sebab, dia membeli sendiri truk angkutannya itu dengan dana pinjaman ke bank. Dia memberanikan diri mengajukan pinjaman pada 2014 sekitar Rp 200 juta untuk modal membeli dump truck

Menengok Cara Watga Menjaga Lingkungan di Perumahan

                        Bikin LOmba Kebersihan hingga Terapkan Jam Malam
JAGA KEBERSIHAN: Para mahasiswi yang kos di kompleks Perumahan Surya Milenia,
Kaliwates, ramai-ramai membersihkan lingkungnnya, kemarin

   Pergaulan bebas menjadi ancaman serius. Terlebih, sasarannya para generasi muda. Supaya tetap terjaga, sejumlah warga di Perumahan Pesona Surya Melenia Kaliwates, menjaga lingkungannya terhadap pergaulan bebas. Seperti apa?
   Masing-masing membawa kantong keresek sampah. Para mahasiswi penghuni rumah kos di lingkungan Perumahan Pesona Surya Milenia Kaliwates, kompak berburu sampah di masing-masing blok perumahannya, kemarin (30/4) pagi. Berharap jadi juara memang iya. Sebab, mereka sedang mengikuti lomba bersih lingkungan di RT 04, RW 10.

Ronie Parero, Desainer Muda yang Menembus Kancah Nasional

Sempat Ditentang Orang Tua, Mampu Buktikan Prestasi dari Pelosok Desa


   Lambat namun pasti, pemuda dari Jember ini mampu meneliti karier sebagai desainer jempolan. Namanya banyak disebut-sebut sebagai salah satu desainer berbakat.

   BAGI Ronie Parero, berkarier sebagai di dunia seni sudah menjadi passion atau gairahnya sejak lama. Semula, sedari kecil ia menyukai seni lukis. Jenuh di seni lukis, saat menginjak sekolah menengah pertama, Ronie mulai menekuni dunia musik dengan memilih alat musik keyboard.
   Hingga kemudian dia mulai mantap di dunia desain busana sejak sekolah menengah atas hingga kini berkarier sebagai fashion desaigner. Selain mendisain busana, Ronie juga menekuni profesi sebagai make up artist (MUA). "Dunia lukis dan make up artist dasarnya kan sama ya, hanya beda medium. Satunya berkreasi di kanvas, satunya lagi di wajah manusia," tutur Ronie kepada Jawa Pos Radar Jember.
   Pilihan untuk menjadi perancang busana dan perias wajah profesional bukanya tanpa rintangan. Seperti kebanyakan orang tua lain, ayah dan ibu Ronie kurang merestui ketertarikan putranya itu terhadap dunia seni. Selain dianggap tidak prospektif, profesi sebagai perancang busana bagi seorang pria, dianggap lekat dengan stereotip negatif seperti kesan feminim bagi pria

HM. Wagino SH, dari Manajer Tinju ke Manajer Persid

Saya Selalu Terbuka Menerima Masukan atau Kritik


Saya Selalu Terbuka Menerima Masukan atau Kritik
Olahraga tinju sangat beda dengan sepak bola. Namun inilah yang harus dilakoni HM. Wagino SH. Karena mantan ketua umum KTI Jember ini kini di daulat menjadi Manajer Persid. Ekspektasi dan pressure tinggi dalam sepak bola, membuat pengacara senior ini tertantang memanajemen Persid secara bersih dan transparan.

Imam Junaidi, Tukang Sapu Bukit di Teluk Love

Sapu Seluruh Bukit, dupah Rp 250 Per Pekan

   Tak banyak orang yang bisa menjalani pekerjaan sebagaimana yang setahun terakhir dilakoni Imam Junaidi. Menjadi tukang kebersihan Bukit Teluk Love di Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Ambulu, menuntut pria 41 tahun ini setiap hari naik turun dan berkeliling bukut untuk membersihkan bukit tersebut.
   JIKA setahun terakhir sempat bertandang ke lokasi Wisata Bukit Teluk Love, kawasan tersebut kini terlihat lebih bersih. Sampah para pengunjung tidak terlampau berceceran di sekujur badan bukit seperti yang tampak pada tahun-tahun sebelumnya.